Jumat, 20 Juli 2012

Intip Kebudayaan Puasa di Iran yuk..

Bulan Ramadhan adalah bulan yang berkah, bulan yang selalu dinanti-nanti oleh setiap muslim dimanapun berada, keistimewaan, keagungan, kedahsyatannya membuat umat Islam bangkit dan bersemangat, padahal di bulan ini pula umat Islam harus berpuasa “full” selama sebulan lamanya, kalau dipikir secara akal, tidak akan sampai kesana, tetapi dipikir secara ruhiyah batiniyah… wow greats… anda penasaran? silahkan mencobanya..

Bagi orang orang yang tahu hakikat Ramadhan (puasa dan ibadah-ibadah yang dianjurkan selama Ramadhan), tentu akan bersikap seperti yang telah saya paparkan di pembukaan diatas, yang pada akhirnya akal pikiran kita pun akan mengamininya.

Bagi Republik Islam Iran, negara yang baru I Juli 2012 kemarin ditimpa sangsi yang kesekian kalinya oleh negara-negara “adikuasa dunia” merupakan negara terbesar muslim “Syiah” di dunia ini, sama halnya dengan Indonesia yang merupakan negara terbesar muslim di dunia, datangnya bulan suci Ramadhan, disambut dengan bahagia dan suka cita, Terminal Bis penuh dengan orang-orang yang mudik karena ingin berpuasa di tengah-tengah keluarga, mesjid-mesjid dihias sedemikian rupa, poster-poster di jalan-jalan bercerita tentang penyambutan bulan agung ini. acara acara di TV maupun radio rame berbicara tentang Ramadhan.. Pemerintah pun mengumumkan restoran atau kedai-kedai makanan harus buka jam berapa selama bulan Ramadhan. beberapa kebutuhan Sembako sudah naik jauh hari sebelum Ramadhan ini akan tiba, Naiknya harga bukan disebabkan karena kedatangan bulan Ramadhan sebagaimana di negara kita.

Penetapan 1 Ramadhan

Tidak seperti di Indonesia yang selalu ada dua bahkan tiga atau empat pendapat tentang penetapan 1 Ramadhan, di Iran semuanya kompak, mengikuti pemerintah. Untuk tahun ini jatuh pada hari Sabtu 21 Juli 2012. Mereka (masyarakat syiah) mempunyai pemimpin spiritual yang harus ditaati, dialah sang Rahbar atau pemimpin tertinggi Iran sekarang “Ayatullah Ali Khomenei”. Bagaimana kita orang Indonesia disini?

Makanan Khas Bulan Puasa Iran

Sebagaimana di Indonesia, di Iran pun mempunyai makanan makanan khas bulan Ramadhan. Diantara makanan khas Iran ketika bulan puasa, adalah Zulbiye, sejenis kue manis terbuat dari sagu, Halim, sejenis bubur terbuat dari gandum yang dicampur dengan daging, Osh reshte, sejenis sup dengan mie, kacang kacangan dan daging, dan lain lain. Untuk minumannya, Teh panas masih menjadi andalan orang Iran di berbagai musim (seperti kita ketahui, Iran mempunyai 4 musim, Musim Panas, Musim Dingin, Musim Gugur dan Musim Semi), seperti Ramadhan kali ini sama dengan Ramadhan tahun lalu, yaitu musim panas, dimana waktu sahur bisa jam 3.30 pagi dan buka bisa jam 9.30 malam.

Shalat Tarawih

Untuk Shalat Tarawih, tidak dilaksanakan secara berjamaah di mesjid-mesjid Iran, jadi jangan aneh, kalau anda berkunjung ke Iran di bulan Ramadhan, anda tidak akan bisa mendapati mesjid-mesjid penuh sesak dengan jamaah sebagaimana di Indonesia, kecuali di dua tempat suci yaitu di Kota suci Qom dan Mashhad, anda akan merinding bila berkunjung kesana, sebagaimana halnya di Mekah dan Madina, tidak ada matinya, penuh sesak dengan jamaah, apalagi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Manusia dari berbagai pelosok di Iran berziarah ke dua tempat itu tak terkecuali dari berbagai pelosok dunia. Kemah atau tenda pun didirikan di sekitar Mesjid pusat peribadatan terbesar di Iran itu (Mesjid Imam Ridha di Mashhad dan Sayyidah Fatimah Maksoma di Qom, red), karena hotel-hotel sudah penuh. Sebagaimana di Indonesia, di Iran pun untuk Ifthar atau berbuka puasa, disediakan secara gratis, teh panas dan kurma, atau halim dan Non (Roti Iran).

Islam Syiah beranggapan bahwa shalat sunnah tidak bisa dikerjakan berjamaah, melainkan dikerjakan sendiri sendiri, bahkan shalat sunnah Ramadhan mereka lebih banyak rakaatnya daripada Shalat Tarawih itu sendiri, kalau dikalkulasikan selama sebulan itu mencapai 1000 rakaat. maka terkenal dengan shalat sunnah 1000 rakaat, menjelang Lailatul Qadar adalah waktu yang paling tepat untuk shalat sunnah sebanyak banyaknya.

Budaya Mudik

di Iran, sebagaimana di Indonesia ada juga budaya mudik, Tehran sebagaimana Jakarta, merupakan pusat kota penting tempat dimana orang-orang daerah mengadu nasib. jadi wajar ketika ada moment moment penting yang mengharuskan kumpul bersama keluarga besar, mereka pulang kampung alias mudik.

yang membedakannya dengan Indonesia adalah “moment pentingnya”, kalau di Iran, Lebaran Idul Fitri bukan moment penting yang mengharuskan pulang kampung sebagaimana di Indonesia. Tetapi ketika Tahun Baru Iran, mereka akan pulang kampung dan menikmati liburan sampai 3 minggu, termasuk awal bulan Ramadhan mereka pun pulang kampung dengan mengambil cuti, karena tidak ada libur resmi untuk ini.(Kompas.com)

Selamat menunaikan ibadah puasa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar