Selasa, 26 Juni 2012

WPAP

Dimulai dari rasa ketertarikan saya terhadap dunia desain grafis khususnya seni vektor,saya sering mencari-cari Pop Art apa yang sedang berkembang baru-baru ini. Dan ketika saya berjalan-jalan di dunia maya (Facebook.red) secara tidak sengaja melihat sebuah photo profil teman yang menarik perhatian, setelah saya telusuri ternyata poto tersebut hasil olahan digital yang ternyata memiliki sebutan WPAP, hal itu pula yang semakin membuat rasa penasaran saya semakin besar terhadap karya seni yang satu ini. Saya browsing kesana kemari untuk mencari tahu lebih tentang seni vektor WPAP ini, melihat dari berbagai tutorial saya semakin tertarik untuk mencoba untuk membuat sendiri. Yupz!!, Mari kita mulai sekarang juga!!, dalam benak saya.

Saya menggunakan CorelDRAW untuk mengolah photo saya sendiri menjadi WPAP, dan ini adalah WPAP pertama yang berhasil saya buat, tidak begitu mengecewakan untuk sebuah karya pertama kali..hehe

Sambil cengar-cengir sendiri didepan layar komputer saya berkata dalam hati, "Wah, bisa juga akhirnya..hehe". Tak pernah bosan rasanya saya melihat karya saya yang satu ini, terkesan narsis juga sih, tapi ga papa lah, kalau ga dimulai dari (photo) diri sendiri dari siapa lagi, ya ga..?hehe..

Dan inilah penjelasan singkat tentang WPAP.

WPAP adalah singkatan dari Wedha’s Pop Art Portrait. Nama ini belakangan menjadi populer di ranah dunia maya (baca: Facebook). Sebelum menjadi nama WPAP dulunya masih disebut FMB (Foto Marak Berkotak).

Proses perjalanan berkarya Pak Wedha selama puluhan tahun itu membuahkan hasil lantaran karya WPAP kini semakin berkembang dan “meracuni” pecinta vektor dan pelaku seni vektor di Indonesia. Karena dalam WPAP adalah seni membuat lukisan vektor dalam bentuk foto maka kemiripan terhadap seorang model atau figure yang menjadi objek acuan adalah mutlak dan tidak bisa dihindari.

Proses pembuatannya memang menggunakan teknik menjiplak (tracing.red) dengan komputer, namun tracing yang disajikan di sini adalah tracing yang kreatif. Artinya tidak melulu meniru apa yang terdapat pada foto tersebut.

Profil singkat Pak Wedha

Buat kamu yang pernah muda di era tahun 1980 dan 1990-an pasti kenal dengan yang namanya Lupus, tokoh fiksi karangan Hilman Hariwijaya, salah seorang penulis ternama pada masa itu. Pada awal kemunculannya, lupus adalah sebuah cerpen yang ditulis Hilman untuk majalah Hai di tahun 1986.

Cerpen Lupus ternyata mendapat respons yang sangat bagus di kalangan remaja karena ceritanya yang lucu dengan karakter-karakter yang unik. Lupus kemudian dijadikan novel yang membuatnya terkenal hingga ke seantero Indonesia bahkan sampai dengan saat ini. Membahas tentang Lupus, rasanya tidak afdhol kalau tidak memperkenalkan sang illustrator yang telah menghadirkan Lupus secara visual ke pembaca. Beliau adalah Wedha Abdul Rasyid, seorang illustrator di majalah remaja  Hai yang juga sering disebut-sebut sebagai Bapak Illustrator Indonesia karena kontribusi dan karya-karyanya di bidang illustrasi dan seni rupa.

Profesi sebagai illustrator sudah dikerjakan Wedha yang malang melintang di media cetak sejak tahun 1970-an. Mulai 1977, ketika bergabung dengan majalah Hai, ia banyak membuat ilustrasi terutama karya-karya fiksi Arswendo Atmowiloto dan Hilman dengan Lupus-nya yang fenomenal. Di majalah itulah Wedha mengerjakan potret para tokoh dunia dari segala latar belakang: tokoh politik, musisi, seniman, sampai tokoh-tokoh fiktif.

Pada tahun 1990, Wedha kemudian memulai style baru untuk illustrasi gambar wajah. Hal ini menurutnya dikarenakan penurunan daya penglihatan karena usia yang telah mencapai 40 tahun sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang realistis dan detail. Wedha kemudian mencoba illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya. 

Gaya ini kemudian tumbuh dan semakin populer sebagai bagian dari gaya popart bahkan hingga dengan saat ini. Gaya illustrasi ini disebut Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP), bahkan ada yang menyebutnya sebagai aliran Wedhaism. Lihat karya-karya Wedha. Bentuk dan tekniknya khas, ia gambarkan wajah para tokoh itu disusun dalam mosaik warna yang dipecah menurut faset-fasetnya. Bukan dalam pengertian kubisme, tapi lebih menggabungkan ragam warna yang harmonis sehingga membentuk tokoh yang digambarkan. Meski karyanya tidak detail, namun mampu mewakili karakter wajah dengan sangat baik. Anda akan dapat mengenali wajah-wajah mendunia, seperti Mick Jagger, Jimmy Hendrix, Jim Morrison, The Beatles, Elvis Presley, Sting, Bono, Queen, sampai tokoh politikus sebut saja JFK, Bung Karno, Indira Gandhi, Benazir Buttho, Fidel Castro, Ahmadinejad. Juga potret Rendra, Slank, Jakob Oetama, John Lennon sampai Andy Warhol. Setelah 30 tahun berkiprah dalam dunia ilustrasi Wedha mengakhiri masa kerjanya di Kompas Gramedia.

Salam kreatif.

 

1 komentar: