Sabtu, 30 Juni 2012

Singkatnya GRAFITI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Grafiti (juga dieja graffity atau graffiti) adalah coretan-coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Alat yang digunakan pada masa kini biasanya cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot tersedia, grafiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur.

 

Sejarah

Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.
Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

 

Grafiti pada zaman modern

Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali kariernya dari kegiatan grafiti.

 

Fungsi grafiti

  • Bahasa rahasia kelompok tertentu.
  • Sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial.
  • Sarana pemberontakan.
  • Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

 

Hukum

Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.
Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis.

 

Gang grafiti

Yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

 

Tagging graffiti

Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.

Salam Kreatif.
»»  Selanjutnya..

Selasa, 26 Juni 2012

WPAP

Dimulai dari rasa ketertarikan saya terhadap dunia desain grafis khususnya seni vektor,saya sering mencari-cari Pop Art apa yang sedang berkembang baru-baru ini. Dan ketika saya berjalan-jalan di dunia maya (Facebook.red) secara tidak sengaja melihat sebuah photo profil teman yang menarik perhatian, setelah saya telusuri ternyata poto tersebut hasil olahan digital yang ternyata memiliki sebutan WPAP, hal itu pula yang semakin membuat rasa penasaran saya semakin besar terhadap karya seni yang satu ini. Saya browsing kesana kemari untuk mencari tahu lebih tentang seni vektor WPAP ini, melihat dari berbagai tutorial saya semakin tertarik untuk mencoba untuk membuat sendiri. Yupz!!, Mari kita mulai sekarang juga!!, dalam benak saya.

Saya menggunakan CorelDRAW untuk mengolah photo saya sendiri menjadi WPAP, dan ini adalah WPAP pertama yang berhasil saya buat, tidak begitu mengecewakan untuk sebuah karya pertama kali..hehe

Sambil cengar-cengir sendiri didepan layar komputer saya berkata dalam hati, "Wah, bisa juga akhirnya..hehe". Tak pernah bosan rasanya saya melihat karya saya yang satu ini, terkesan narsis juga sih, tapi ga papa lah, kalau ga dimulai dari (photo) diri sendiri dari siapa lagi, ya ga..?hehe..

Dan inilah penjelasan singkat tentang WPAP.

WPAP adalah singkatan dari Wedha’s Pop Art Portrait. Nama ini belakangan menjadi populer di ranah dunia maya (baca: Facebook). Sebelum menjadi nama WPAP dulunya masih disebut FMB (Foto Marak Berkotak).

Proses perjalanan berkarya Pak Wedha selama puluhan tahun itu membuahkan hasil lantaran karya WPAP kini semakin berkembang dan “meracuni” pecinta vektor dan pelaku seni vektor di Indonesia. Karena dalam WPAP adalah seni membuat lukisan vektor dalam bentuk foto maka kemiripan terhadap seorang model atau figure yang menjadi objek acuan adalah mutlak dan tidak bisa dihindari.

Proses pembuatannya memang menggunakan teknik menjiplak (tracing.red) dengan komputer, namun tracing yang disajikan di sini adalah tracing yang kreatif. Artinya tidak melulu meniru apa yang terdapat pada foto tersebut.

Profil singkat Pak Wedha

Buat kamu yang pernah muda di era tahun 1980 dan 1990-an pasti kenal dengan yang namanya Lupus, tokoh fiksi karangan Hilman Hariwijaya, salah seorang penulis ternama pada masa itu. Pada awal kemunculannya, lupus adalah sebuah cerpen yang ditulis Hilman untuk majalah Hai di tahun 1986.

Cerpen Lupus ternyata mendapat respons yang sangat bagus di kalangan remaja karena ceritanya yang lucu dengan karakter-karakter yang unik. Lupus kemudian dijadikan novel yang membuatnya terkenal hingga ke seantero Indonesia bahkan sampai dengan saat ini. Membahas tentang Lupus, rasanya tidak afdhol kalau tidak memperkenalkan sang illustrator yang telah menghadirkan Lupus secara visual ke pembaca. Beliau adalah Wedha Abdul Rasyid, seorang illustrator di majalah remaja  Hai yang juga sering disebut-sebut sebagai Bapak Illustrator Indonesia karena kontribusi dan karya-karyanya di bidang illustrasi dan seni rupa.

Profesi sebagai illustrator sudah dikerjakan Wedha yang malang melintang di media cetak sejak tahun 1970-an. Mulai 1977, ketika bergabung dengan majalah Hai, ia banyak membuat ilustrasi terutama karya-karya fiksi Arswendo Atmowiloto dan Hilman dengan Lupus-nya yang fenomenal. Di majalah itulah Wedha mengerjakan potret para tokoh dunia dari segala latar belakang: tokoh politik, musisi, seniman, sampai tokoh-tokoh fiktif.

Pada tahun 1990, Wedha kemudian memulai style baru untuk illustrasi gambar wajah. Hal ini menurutnya dikarenakan penurunan daya penglihatan karena usia yang telah mencapai 40 tahun sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang realistis dan detail. Wedha kemudian mencoba illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya. 

Gaya ini kemudian tumbuh dan semakin populer sebagai bagian dari gaya popart bahkan hingga dengan saat ini. Gaya illustrasi ini disebut Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP), bahkan ada yang menyebutnya sebagai aliran Wedhaism. Lihat karya-karya Wedha. Bentuk dan tekniknya khas, ia gambarkan wajah para tokoh itu disusun dalam mosaik warna yang dipecah menurut faset-fasetnya. Bukan dalam pengertian kubisme, tapi lebih menggabungkan ragam warna yang harmonis sehingga membentuk tokoh yang digambarkan. Meski karyanya tidak detail, namun mampu mewakili karakter wajah dengan sangat baik. Anda akan dapat mengenali wajah-wajah mendunia, seperti Mick Jagger, Jimmy Hendrix, Jim Morrison, The Beatles, Elvis Presley, Sting, Bono, Queen, sampai tokoh politikus sebut saja JFK, Bung Karno, Indira Gandhi, Benazir Buttho, Fidel Castro, Ahmadinejad. Juga potret Rendra, Slank, Jakob Oetama, John Lennon sampai Andy Warhol. Setelah 30 tahun berkiprah dalam dunia ilustrasi Wedha mengakhiri masa kerjanya di Kompas Gramedia.

Salam kreatif.

 
»»  Selanjutnya..

Senin, 11 Juni 2012

Merangsang Otak Kanan, Mengembangkan Kreativitas

Dari : Kompas Online

SERING kita saksikan, anak-anak kita yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) terpaksa harus tidur larut malam hanya untuk mengerjakan berpuluh-puluh pekerjaan rumah dan esok harinya harus dicocokkan dengan kunci jawaban yang telah tersedia. Bahkan tanpa memberi kesempatan untuk berargumentasi.

Program akselerasi yang dalam kenyataannya sekadar memampatkan materi untuk memenuhi tuntutan kurikulum, sebenarnya salah sasaran. Betapa tidak, ciri-ciri anak berbakat yang antara lain memiliki penalaran tajam, kritis, logis, kreativitas tinggi, bertanggung jawab, ulet dalam menghadapi kesulitan, banyak inisiatif, dan percaya diri, bukan mustahil lambat laun akan terkikis.

Bagaimana pula dengan anak didik lainnya yang sebagian besar termasuk rata-rata, bahkan lambat belajar atau prestasi akademisnya kurang memuaskan. Bukan mustahil mereka juga akan “dipaksa” mengikuti les-les tambahan yang semakin menyita banyak waktu, sekadar tujuan pemampatan materi tersebut. Hasil akhir yang ingin dicapai tidak lain adalah prestasi dalam nilai tes atau ujian. Dalam hal ini kawasan kognitif digarap habis-habisan, sementara kawasan afektif hampir tak tersentuh. Padahal proses pendidikan yang ideal yang dikemas dengan memperhatikan berbagai aspek, baik pengetahuan, sikap maupun perilaku.

DALAM dua dasawarsa terakhir, penelitian mengenai otak manusia (brain lateralization) semakin maju. Salah satu hasil yang menonjol adalah diferensiasi fungsi antara hemisfer (otak belahan) kiri dan kanan atau yang sering disebut “otak kiri” dan “otak kanan” saja. Sebelum ada penelitian tentang hal ini, para ahli psikologi berpendapat bahwa dua belahan otak manusia berfungsi identik. Bahkan ada yang berpendapat bahwa belahan otak kanan sekadar cadangan, jika belahan otak kiri mengalami malfungsi. Anggapan keliru ini dipatahkan berbagai penelitian mengenai belahan otak manusia yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa belahan otak mempunyai fungsi berbeda.

Hakikatnya “otak kiri” mempunyai kemampuan analitis dan “otak kanan” kemampuan berpikir sintesis. “Otak kanan” memiliki kemampuan berpikir yang menyatukan bagian-bagian untuk membentuk konsep keseluruhan yang utuh secara paralel tanpa terikat oleh langkah-langkah terstruktur atas dasar ruang dan waktu. Pemanfaatan “otak kanan” sangat efektif untuk mengajarkan imajinasi yang menembus ruang dan waktu sehingga menjadi manusia kreatif, bukan manusia robot.

Suka atau tidak suka, proses pendidikan kita saat ini terlalu mementingkan aspek kognitif pada tataran pengetahuan dengan mengabaikan kreativitas. Proses pengajaran di sekolah lebih mementingkan target pencapaian kurikulum dibandingkan penghayatan isi kurikulum secara imajinatif dan kreatif. Gejala ini telah tampak sejak proses pendidikan di sekolah dasar sampai perguruan tinggi, sehingga tidak membuka peluang bagi anak-anak untuk berpikir divergen dan nonkonvensional.

Proses pendidikan kita, di sekolah maupun keluarga, sejak awal dipenuhi struktur berpikir linier yang berada pada belahan otak kiri. Padahal merangsang berlebihan “otak kiri” akan menghasilkan anak yang “on-off”, yaitu yang pandai seperti robot atau komputer, tetapi kehilangan modal sangat berharga bagi kehidupannya di kemudian hari, yaitu kerangka berpikir yang menggunakan kata hati, merangsang daya khayal, menyeluruh dan bebas atau tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun.
BEBERAPA pengalaman berikut merupakan contoh kecil yang dapat dilakukan oleh para pendidik maupun orangtua dalam rangka mengembangkan “otak kanan”.

Hari-hari pertama setelah liburan sekolah, para murid SD diminta maju ke depan kelas mempresentasikan hasil karya mereka yang merupakan potret fenomena alam, baik berisi muatan pengetahuan alam, pengetahuan sosial atau seni. Di akhir penyajian, guru akan membahas, memperkaya dan mengkaitkannya dengan kurikulum.

Pelajaran sastra di sekolah bukan diisi dengan menghafal melainkan membiarkan anak didik mengeksplorasi perpustakaan maupun media massa dan menyajikannya di depan kelas. Guru memberikan apresiasi terhadap karya-karya yang disampaikan. Sesekali menghadirkan para penulis atau sastrawan di depan kelas sebagai tamu, akan lebih memberi apresiasi dan merangsang kreativitas anak didik dalam mata pelajaran ini.

Pekerjaan rumah bagi anak didik sebaiknya bukan sekadar menyelesaikan target jumlah bab atau halaman. Akan menjadi pengalaman yang menarik minat anak didik bila mereka ditugasi dengan masalah yang terdapat dalam buku teks maupun di lapangan untuk dipecahkan. Hal ini akan merangsang intuisi dan imajinasi anak karena pada hakikatnya tidak ada jawaban anak yang “salah”, melainklan “benar” atau “lebih tepat”.

Sejak seorang anak telah mampu berkomunikasi, sebaiknya orangtua tidak menggunakan kata-kata yang bersifat mengharuskan, melainkan lebih mengembangkan pendapatnya. “Bagaimana sebaiknya menurut Ade?” akan lebih tepat daripada “Ade harus laksanakan perintah Mama!”

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merangsang otak kanan, antara lain:
  • Dalam memberikan setiap informasi atau pelajaran kepada anak didik sebaiknya bukan hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga secara visual.
  • Informasi atau pelajaran bukan hanya sekadar memberi pengetahuan, tetapi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik.
  • Berbagai pengalaman guru maupun orang lain yang layak diketahui anak didik, sebaiknya dihadirkan di dalam kelas.
  • Belajar tidak harus di dalam kelas atau perpustakaan, tetapi ajaklah anak-anak ke lapangan untuk mengamati dan melakukan eksplorasi terhadap berbagai fenomena alam.
  • Sesekali anak didik diajak ke lingkungan, termasuk masyarakat di sekitarnya untuk berkomunikasi dan menghayati berbagai fenomena sosial yang ada.
  • Tugas kelompok memang baik, namun anak didik juga perlu diberi tugas mandiri.
  • Dalam setiap penugasan, rangsanglah anak untuk memecahkan berbagai masalah berdasarkan intuisi dan imajinasinya, karena pada hakikatnya tidak ada jawaban anak yang “salah” melainkan “benar” atau “lebih tepat”.
  • Jangan menggunakan kata-kata “kalian harus begini”, melainkan “bagaimana sebaiknya menurut kalian”.
Sistem pendidikan saat ini masih dalam kondisi “otak kiri” sentris. Alangkah idealnya jika sistem pendidikan yang dipakai memiliki keseimbangan antara “otak kiri” dan “otak kanan”. Satu tantangan bagi dunia pendidikan kita.*

dr Anies pakar kedokteran keluarga, mahasiswa program doktor Program Studi Pendidikan Kependudukan & Lingkungan Hidup Universitas Negeri Jakarta

Salam Kreatif.
»»  Selanjutnya..

Rabu, 06 Juni 2012

Sejarah Desain Grafis

Di era sekarang ini design grafis sudah sangat popular dan bahkan hampir setiap kegiatan kita berhubungan dengan design grafis. Banyak tercipta para designer-designer grafis muda yang professional, karena pada dasarnya kunci utama design grafis adalah mempunyai banyak ide. Tapi tahukah anda sejarah awal mula design grafis? Dan tentunya kita perlu mempelajari perkembangan dan sejarah design grafis. Untuk itu pada kesempatan kali ini, awalmula.com akan mengutip sedikit perjalanan atau perkembangan dan sejarah design grafis dari tahun ke tahun hingga sampai saat ini, untuk menambah wawasan kita terutama
dalam dunia desainn grafis.

Seperti yang kita ketahui, kunci utama dalam design grafis adalah mempunyai banyak ide dan mampu menguasai beberapa software-software design grafis seperti desktop publishing, webdesign, audiovisual dan rendering 3 Dimensi.

Pelacakan perjalanan sejarah desain grafis dapat ditelusuri dari jejak peninggalan manusia dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol) yang berwujud gambar (pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain). Tulisan/ aksara merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata aturan komunikasinya lebih kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di dinding gua Lascaux, Perancis.

Lambang/ aksara sebagai alat komunikasi diawali oleh bangsa Punesia (+ 1000 tahun SM), yang saat itu menggunakan bentuk 22 huruf. Kemudian disempurnakan oleh bangsa Yunani (+ 400 tahun SM) antara lain dengan mengubah 5 huruf menjadi huruf hidup. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil
menaklukkan Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari Yunani. Pada awalnya bangsa Romawi menetapkan alfabet dari Yunani tersebut menjadi 21 huruf : A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam alfabet Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alfabet Latin menjadi 26.
    
Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal milenium kedua, buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus disalin dengan tangan. Konon untuk penyalinan sebuah buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu, dengan keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan dalam jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku.

Era Cetak
Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg (1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa. Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust,
dibantu oleh Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg tersebut telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku. Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach dengan karyanya “Where of Babilon”.

Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan tehnik cetak tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan tehnik cetak datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang menggunakan media batu litho. Tehnik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan seni poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai “The Golden Age of The Poster”. Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi (1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya besarnya “Eldorado: Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897), “Quinquina Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.

Batasan Media Desain Grafis
Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia. Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.

Prinsip dan Unsur Desain
Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi (“proportion”) dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.

Salam kreatif.

»»  Selanjutnya..

Senin, 04 Juni 2012

Otak Kanan, Saklar Kreativitas!

Motivarts — Jalan tercepat dan terbaik untuk lebih bermanfaat dan hidup bermakna adalah dengan menjadi orang kaya. Entrepreneur adalah kendaraan tercepat dan jalur yang benar menuju jalan itu.


Saya menyarankan agar Anda menghancurkan dulu kotak pembatas itu, yaitu ketakutan untuk miskin, untuk rugi, dan pesimisme. Semuanya itu keyakinan dan kepercayaan yang salah.
-- Ippho Santosa

Demikian diungkapkan pakar otak kanan, Ippho Santosa, Kamis (12/5/2011), tentang buku yang baru diterbitkannya, Percepatan Rezeki dalam 40 Hari dengan Otak Kanan. Ippho menambahkan bahwa otak kanan adalah tombol percepatan sarang kreativitas dan saklar menuju sukses dan kekayaan.

"Saya menyarankan agar Anda menghancurkan dulu kotak pembatas itu, yaitu ketakutan untuk miskin, untuk rugi, dan pesimisme. Semuanya itu keyakinan dan kepercayaan yang salah. Kesemuanya adalah virus berbahaya bagi kesuksesan," ujar penulis buku laris 7 Keajaiban Rezeki ini.

"Fakta menunjukkan bahwa 88,8 persen sukses dan menang itu ditentukan oleh otak kanan," ujar lelaki kelahiran Pekanbaru, 30 Desember 1977, ini.

Ippho melanjutkan, untuk tujuan tersebut, menjadi entrepreneur adalah kendaraan tercepat dan jalur yang benar menuju sukses. Ippho mencontohkan sosok Nabi Muhammad, sosok entrepreneur yang dinobatkan sebagai figur paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.

Adapun buku Percepatan Rezeki dalam 40 Hari dengan Otak Kanan ini adalah lanjutan dari 7 Keajaiban Rezeki yang telah dicetak 16 kali dalam setahun sejak kali pertama diterbitkan Maret 2010 lalu. Selain menyingkap keajaiban kedelapan yang menggerakkan 7 keajaiban rezeki, topik-topik yang dibahas di buku ini meliputi menguasai uang, waktu, dan kesehatan dalam hitungan menit, membuat konsumen datang berbondong-bondong, meningkatkan motivasi dan produktivitas hingga 3 kali lipat, menjadikan kerja dan usaha sebagai bentuk ibadah tertinggi, serta banyak lagi yang menarik dijadikan kajian untuk memulai pendidikan kewirausahaan dan pengembangan diri.
from : adhlyashary.blogspot.com/2012/03/pakar-otak-kanan-saklar-kreativitas.html
»»  Selanjutnya..

Minggu, 03 Juni 2012

Otak Kanan Itu Semakin Penting

"Sudah saatnya kita mengandalkan otak kanan, meski sebelumnya guru kita lebih
banyak mengajarkan otak kiri."
Purdi E. Chandra.

Otak kanan memang makin menjadi penting saat ini. Bukan karena kita “sirik”dengan otak kiri, tetapi karena betul-betul dirasakan kebutuhannya, khususnya oleh entrepreneur. Terlebih lagi, karena dalam ilmu manajemen yang selama ini ada, yang lebih didasarkan logika dan rasional, ternyata tidak selamanya mampu mengatasi setiap persoalan bisnis.

brainDan, mengapa harus otak kanan ? Oleh karena, di otak kanan itulah sarat dengan hal-hal yang sifatnya eksperimental, divergen, bukan penilaian, metaforilal, subyektif, non verbal, intuitif, diffuse, holistik, dan reseptif. Sementara kita sadar, bahwa otak kiri cenderung bersikap obyektif , presisi, aktif, logikal , verbal, penilaian, linier, konvergen, dan numerikal. Padahal, jika kita mampu memberdayakan otak kanan, maka ada kecendrungan akan mampu menyelesaikan setiap masalah dalam bisnis, bila dibandingkan kalau kita dengan hanya mengandalkan otak kiri.

Dengan kita mampu memberdayakan otak kanan, maka setiap memecahkan persoalan dalam bisnis, kita pun akan dapat melihat secara keseluruhan, dan kemudian memecahkan berdasarkan firasat, dugaan, atau intuisi. Intuisi ini adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima oleh kelima indera kita.

Tampaknya ada yang khawatir dengan intuisi, karena mereka pikir intuisi bisa menghalangi pemikiran rasional. Sebenarnya intuisi justru berdasarkan pada pemikiran yang rasional dan tidak dapat berfungsi tanpanya. Saya sependapat dengan Robert Bernstrin, yang mengatakan, bahwa hanya intuisi yang dapat melindungi kita dari orang-orang paling berbahaya, orang-orang yang tidak mampu bekerja dan cuma pinter ngomong.

Lalu? Seorang entrepreneur yang mampu memberdayakan otak kanannya, biasanya juga cenderung memilih manajemen yang berstruktur luwes dan spontan, serta pada struktur yang sifatnya sama.
Lain halnya bila dia lebih mengandalkan otak kirinya. Maka ia akan lebih cenderung pada struktur hirarki dan pada kondisi manajemen yang berstruktur. Mengandalkan otak kiri juga cenderung membuat penyelesaian masalah dipecahkan satu per satu berdasarkan logika.

Kenyataan ini pernah kita alami saat studi dulu. Kita lebih banyak diajarkan atau dilatih oleh guru kita untuk selalu berpikir dengan otak kiri. Misalnya kita selalu dituntut berpikiran logis, analistik, dan berdasarkan pemikiran edukatif. Padahal hal tersebut ada kelemahannya. Kita tak dapat menggunakannya, bila data tak tersedia, data tak lengkap, atau sukar diperoleh data.

Maka, jika kita termasuk kategori otak kiri dan tidak melakukan upaya tertentu untuk memasukkan beberapa aktivitas otak kanan, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan tersebut dapat mengakibatkan kesehatan mental dan fisik yang buruk, seperti mudah stres, mudah putus asa atau patah semangat.

Tapi dengan kita mampu memberdayakan otak kanan kita, maka kita juga akan lebih intuitif dalam menghadapi setiap masalah yang muncul. Tentu saja hal tersebut berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan otak kiri, yang cenderung bersifat analistis. Yang jelas, kedua belahan otak tersebut sama pentingnya. Jika kita mampu memanfaatkan kedua otak ini, maka kita akan cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan, termasuk urusan bisnis.

Bagaimana kalau kenyataannya dalam bisnis kita sehari-hari, kerap kali masih diharuskan untuk memutuskan, memilih, dan mengambil keputusan, dari beberapa alternatif yang faktor-faktornya tidak diketahui? Tentu saja, jika proses berpikir kita masih dominan ke otak kiri cenderung bersifat logis, linier, dan rasional, tentu kita menyodorkan berpuluh-puluh pilihan.

Sebaliknya jika proses berpikir kita dominan ke otak kanan yang cenderung acak, tidak teratur, dan intuitif, saya yakin kita dengan antusias yang kuat akan memilih satu pilihan dan berhasil. Maka, tak ada salahnya jika kita mau memberdayakan otak kanan.
dikutip dari:http://entrepreneuruniversity.co.id/artikel/38-artikel-purdie/52-otak-kanan-itu-semakin-penting
»»  Selanjutnya..